Selasa, 13 Juni 2017

METODE SIMPLEKS DAN TABEL SIMPLEKS

Pada metode grafik solusi optimum selalu terletak pada titik pojok ruang solusi. Metode Simpleks sebenarnya didasarkan pada gagasan  ini dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.        Dimulai pada suatu titik pojok yang layak, biasanya titik asal (disebut solusi awal).
2.      Bergerak dari satu titik pojok layak ke titik pojok layak lain yang berdekatan. Pergerakan ini akan menghasilkan nilai fungsi tujuan     yang lebih baik (meningkat untuk masalah maksimasi atau akan semakin menurun untuk masalah minimasi). Jika solusi yang lebih baik telah diperoleh, prosedur simpleks dengan sendirinya akan menghilangkan   semua solusi lain yang kurang baik.
3.       Proses ini diulang-ulang sampai suatu solusi yang lebih baik tak dapat ditemukan.
Dalam proses penghitungan kita akan bekerja menggunakan tabel simpleks agar lebih mudah dikerjakan. Artinya bentuk baku model LP diubah ke dalam bentuk tabel.
Algoritma simpleks adalah sbb. :
a) Berdasarkan bentuk baku, tentukan solusi awal (initial basic feasible solution) dengan menetapkan (n – m) variable nonbasis sama dengan nol.  Dimana n adalah banyak variabel dan m adalah banyak fungsi/persamaan kendala.
b) Pilih sebuah entering variabel di antara yang sedang menjadi variabel non basis yang jika dinaikkan di atas nol dapat memperbaiki nilai fungsi tujuan. Jika tak ada, berhenti, berarti solusi sudah optimal ika tidak lakukan langkah c)
c) Pilih sebuah leaving variabel di antara yang sedang menjadi variabel basis yang harus menjadi nonbasis (nilainya menjadi nol) ketika entering variabel menjadi variabel basis.
d) Tentukan solusi yang baru dengan membuat entering    variabel dan leaving variabel menjadi nonbasis.Kembali ke langkah b).
Contoh:
Maksimumkan   Z   = 3X1 + 2X2
Dengan syarat     X1   + X2 < 15
2X1   + X2 < 28
X1   + 2X2 < 20
X1 > 0 dan X2 > 0.
Ubah ke bentuk baku model LP menjadi:
{Persamaan Tujuan}
Z -3X1 – 2X2 – 0S1 – 0S2 – 0S3 = 0
X1   + X2 + S1                     =   15
2X1 + X2          + S2           =   28
X1   + 2X2                + S3   =   20
Kita tetapkan X1 = 0 dan X2 = 0, maka diperoleh   Z =0, S1 = 15, S2 = 28, dan S3 = 20.

Optimality condition metode simpleks menyatakan bahwa dalam kasus maksimalisasi, jika semua variabel non basis memiliki koefisien non negatif dalam persamaan Z maka solusi telah optimum. Jika tidak variabel non basis dengan koefisien negatif terbesar dipilih sebagai entering variabel.
Penerapan optimality condition pada tabel simpleks awal menyarankan memilih X1 sebagai entering variabel. Kemudian leaving variabel harus salah satu dari variabel basis.
Penentuan leaving variabel dilakukan dengan menggunakan feasibility condition yang menyatakan bahwa untuk masalah maksimasi maupun minimasi, leaving variabel adalah variabel basis yang memiliki rasio terkecil antara sisi kanan persamaan kendala dengan koefisien bersangkutan yang positif pada entering variabel.
Rasio yang didefinisikan di atas dan leaving variabel dapat ditentukan langsung dari tebel simpleks. Pertama, coret semua elemen nol atau negatif pada persamaan kendala di bawah entering variabel. Kemudian, tidak termasuk persamaan tujuan, buat rasio antara sisi kanan persamaan dengan elemen yang tidak dicoret di bawah entering variabel. Leaving variabel adalah variabel basis yang memiliki rasio terkecil. Kolom pada entering variabel dinamakan entering column dan baris yang berhubungan dengan leaving variabel dinamakan pivot equation. Elemen pada perpotongan entering column dan pivot equation dinamakan pivot element. Dalam tabel pivot element ditunjukkan dengan tanda kurung.
Selanjutnya, menentukan new basic solution menerapkan metode Gauss Jordan, melalui dua jenis perhitungan.
Jenis 1 (persamaan pivot)
Elemen persamaan pivot table baru =  elemen persamaan pivot table lama/elemen pivot.
1.        Jenis 2 (semua persamaan yang lain termasuk persamaan
2.      Z) Elemen Persamaan table baru =  Elemen persamaan table lama –  { Elemen entering column x elemen persamaan pivot table baru}
Perhitungan jenis 1 membuat pivot element sama dengan 1 pada pivot equation yang baru, sementara perhitungan jenis 2 membuat koefisien yang lain pada entering column sama dengan nol, seperti pada tabel di bawah.
Basis   X1       X2       S1         S2         S3         Solusi
Z         -3       -2         0           0           0              0
S1
X1       1       1/2         0           1/2         0             14
S3
Perhatikan bahwa kolom solusi menghasilkan nilai baru   X1 = 14, yang sama dengan rasio minimum pada feasibility condition. Tabel solusi baru yang diperbaiki dibuat dengan melakukan perhitungan jenis 2 sbb.
Basis   X1   X2     S1       S2       S3       Solusi   Rasio
Z       0     -1/2     0       3/2       0               42
S1       0     (1/2)     1     -1/2       0               1         2
X1     1     1/2       0       1/2      0               14       28
S3       0   3/2       0     -1/2       1              6         4
Solusi baru memberikan bahwa X = 14, X2 = 0 (titik B pada gambar). Sekarang nilai Z naik dari 0 menjadi 42.
Berdasarkan tabel, optimally condition memilih X2 sebagai entering variabel karena koefisien pada persamaan Z sebesar -1/2. Feasibility condition menunjukkan bahwa S1 sebagai leaving variabel karena memiliki rasio terkecil yaitu 2, sehingga memperbaiki nilai fungsi tujuan sebesar 2 x ½ = 1. Dengan menggunakan operasi Gauss Jordan diperoleh tabel baru, sbb.
Basis   X1     X2     S1     S2     S3     Solusi
Z         0       0       1       1       0         43 Optimum
X2       0        1       2     -1      0           2
X1       1         0       -1       1       0         13
S3       0         0       -3       1     1           3
Solusi baru memberikan X1 = 13 dan X2 = 2 (titik C pada gambar) dan nilai Z naik dari 42 menjadi 43. Tabel di atas memberi solusi optimal karena tidak ada lagi variabel nonbasis yang memiliki koefisien negatif pada persamaan Z. Ini merupakan perhitungan metode simpleks lengkap.
Pada contoh di atas metode simpleks diterapkan pada masalah maksimasi. Pada masalah minimasi, optimally condition berubah, di mana entering variabel dipilih dari variabel yang memiliki koefisien positif terbesar pada persamaan Z. Feasibility condition adalah sama untuk kedua masalah. Kedua condition tersebut akan ditegaskan kembali seperti berikut.
Optimally Condition: entering variabel pada maksimasi (minimasi) adalah variabel nonbasis dengan koefisien negatif (positif) terbesar pada persamaan Z. Suatu koefisien kembar dipilih secara sembarang. Jika semua koefisien nonbasis pada persamaan Z adalah nonnegatif (nonpositif), solusi optimum telah dicapai.
Feasibility Condition: baik masalah maksimasi maupun minimasi, leaving variable adalah variable basis yang memiliki rasion terkecil (dengan penyebut positif). Suatu rasio kembar dipilih secara sembarang.
Contoh soal:
1) Maksimumkan fungsi tujuan
p = 4x + 6 y (untuk p dalam puluhan ribu)
terhadap konstrain   2x +   y < 180
x + 2y < 160
x +   y < 100
x > 0  ,   y > 0
2)  Maksimumkan fungsi tujuan p = 3x + y terhadap konstrain
2x + y < 8
2x + 3y < 12
x > 0  ,    y > 0
3) Maksimumkan   Z  = 5x + 4y
Terhadap         x  +  y   <  20
2x  +  y   <  35
-3x   +   y    <  12
x,  y   >  0
Contoh:
Maksimumkan     Z = 40X1 + 30X2 + 50X3
Dengan syarat       6X1 + 4X2   +       X3   < 32000
6X1 + 7X2   +     3X3   < 16000
4X1 + 5X2   +   12X3   < 24000
X1 > 0, X2 > 0, dan X3 > 0.
Bentuk baku model LP menjadi:
Z –   40X1 – 30X2 – 50X3 – 0S1 – 0S2 – 0S3 = 0.
6X1 + 4X2   +   X3 + S1                     = 32000
6X1 + 7X2   + 3X3           + S2             = 16000
4X1 + 5X2   + 12X3                 + S3   = 24000
Basis X1   X2   X3   S1   S2   S3   Solusi   Rasio
Z     -40   -30   -50     0     0     0         0
S1     6     4      1       1     0     0     32000   32000
S2     6     7       3       0    1     0    16000   5,333
S3     4     5     (12)   0     0     1     24000   2000

Tabel Iterasi Pertama
Basis X1   X2   X3     S1     S2     S3   Solusi     Rasio
Z   -70/3 -55/6   0       0       0     25/6   100000
S1   17/3   14/12 0       1       0   -1/12   30000 5,294
S2   (5)     23/4   0       0     1     -1/4   10000 2000
X3  1/3     5/12   1       0       0     1/12     2000   6000

Tabel Iterasi Kedua (Optimum)
Basis   X1     X2     X3     S1       S2       S3     Solusi
Z         0     53/3     0         0     14/3       3   440000/3
S1       0   -44/15   0         1   -17/15   1/5   56000/3
X1      1     23/20   0       0      1/5   -1/20   2000
X3      0      1/30     1      0     -1/15     1/10   4000/3
Pada iterasi kedua telah tercapai solusi optimum dengan
X1 = 2000, X3 = 4000/3, dan Z = 1466,7.
Dan dari tabel terlihat bahwa S2 = 0 dan S3 = 0 artinya pengambilan keputusan akan menggunakan seluruh persediaan sumber daya kedua dan ketiga, tetapi masih memiliki sumber daya pertama sebanyak 1666,7 karena tidak digunakan.

METODE BIG M

Sering kita menemukan bahwa fungsi kendala tidak hanya dibentuk oleh pertidaksamaan tapi juga oleh pertidakasamaan dan/atau persamaan (=).  Fungsi kendala dengan pertidaksamaan mempunyai surplus variable, tidak ada slack variables.  Surplus variable tidak bisa menjadi variabel basis awal.  Dengan demikian harus ditambahkan satu variabel baru yang dapat berfungsi sebagai variabel basis awal.  Variabel yang dapat berfungsi sebagai variabel basis awal hanya slack variables dan artificial variables (variabel buatan).  
1.    Jika semua fungsi kendala menggunakan pertidaksamaan   maka variabel basis awal semuanya adalah slack variables.  Penyelesaian solusi optimal untuk kasus seperti ini dilakukan dengan cara yang sudah diperkenalkan sebelumnya.
2.    Jika fungsi kendala menggunakan pertidaksamaan  dan/atau maka variabel basis awal adalah slack variables dan/atau variabel buatan.  Penyelesaian solusi optimal untuk kasus seperti ini dilakukan dengan memilih antara metode Big M, Dua Fase atau Dual Simpleks. 
3.    Jika fungsi kendala ada yang menggunakan persamaan maka variabel buatan akan ditemukan pada variabel basis awal.  Penyelesaian solusi optimal untuk kasus seperti ini hanya dapat dilakukan dengan memilih antara metode Big M atau Dua Fase.

Perbedaan metode Big M dengan primal simpleks biasa (teknik penyelesaian yang sudah dipelajari sebelumnya), terletak pada pembentukan tabel awal.  Jika fungsi kendala menggunakan bentuk pertidaksamaan , perubahan dari bentuk umum ke bentuk baku memerlukan satu variabel surplus. 
Variabel surplus tidak dapat berfungsi sebagai variabel basis awal, karena koefisiennya bertanda negatif.  Sebagai variabel basis pada solusi awal, harus ditambahkan satu variabel buatan.  Variabel buatan pada solusi optimal harus bernilai 0, karena variabel ini memang tidak ada.
Teknik yang digunakan untuk memaksa variabel buatan bernilai 0 pada solusi optimal adalah dengan cara berikut:
      Penambahan variabel buatan pada fungsi kendala yang tidak memiliki variabel slack, menuntut penambahan variabel buatan pada fungsi tujuan.
      Jika fungsi tujuan adalah maksimisasi, maka variabel buatan pada fungsi tujuan mempunyai koefisien +M;  jika fungsi tujuan adalah minimisasi, maka variabel buatan pada fungsi tujuan mempunyai koefisien -M.
      Karena koefisien variabel basis pada tabel simpleks harus bernilai 0, maka variabel buatan pada fungsi tujuan harus digantikan nilai dari fungsi kendala yang memuat variabel buatan tersebut.
Perhatikan contoh di bawah ini. 
Bentuk Umum
Min. z = 4 x1 +  x2
Terhadap:    3x1 + x2 = 3
4x1 + 3x2  6
                           x1 + 2x2 4
                           x1, x2 0
Bentuk Baku:
 Min. z = 4 x1 +  x2  
Terhadap:    3x1 + x2 = 3
4x1 + 3x2  - s1 = 6
                           x1 + 2x2  + s2 = 4
                   x1, x2, s1, s2 0

Kendala 1 dan 2 tidak mempunyai slack variables, sehingga tidak ada variabel basis awal.  Untuk berfungsi sebagai variabel basis awal, pada kendala 1 dan 2 ditambahkan masing-masing satu variabel buatan (artificial variable).  Maka bentuk baku Big M-nya adalah:
Min. z = 4 x1 +  x2 + MA1 + MA2
Terhadap:    3x1 + x2 + A1 = 3
4x1 + 3x2  - s1 + A2 = 6
                           x1 + 2x2  + s2 = 4
                   x1, x2, s1, s2 0

1.   Nilai A1 digantikan dari fungsi kendala pertama.
A1 = 3 - 3x1 - x2 
MA1  berubah menjadi M(3 - 3x1 - x2)            3M-3Mx1-Mx2
2.   Nilai A2 digantikan dari fungsi kendala ketiga.
A2 =  6 - 4x1 - 3x2  + s1 
MA2 berubah menjadi M(6 - 4x1 - 3x2  + s1)
                          6M- 4Mx1 - 3Mx2 + Ms1
3.   Fungsi tujuan berubah menjadi
Min z = 4x1 + x2 + 3M-3Mx1-Mx2 +6M-4Mx1-3Mx2+Ms1
          = (4 -7M)x1+(1 - 4M)x2 + Ms1 +9M
5. Perhitungan iterasinya sama dengan simpleks sebelumnya.

Iterasi-0
VB
X1
X2
S1
A1
A2
S2
Solusi
Rasio 
z
-4 +7M
-1 +4M
-M
0
0
0
9M
-
A1
A2
3
4
1
3
0
-1
1
0
0
1
0
0
3
1
6
3/2
S2
1
2
0
0
0
1
4
2

Iterasi-1
VB
X1
X2
S1
A1
A2
S2
Solusi
Rasio 
z
0
(1 +5M)/3
-M
(4-7M)/3
0
0
4+2M
-
X1
A2
1
0
1/3 5/3
0
-1
1/3
-4/3
0
1
0
0
1
3
2
6/5
S2
0
5/3
0
-1/3
0
1
3
9/5

Iterasi-2
VB
X1
X2
S1
A1
A2
S2
Solusi
Rasio
z
0
0
1/5
8/5 – M
-1/5 – M
0
18/5
-
X1
X2
1
0
0
1
1/5
-3/5
3/5
-4/5
-1/5
3/5
0
0
3/5
25/3
6/5
-
S2
0
0
1
1
-1
1
1
1

Iterasi-3              optimal
VB
X1
X2
S1
A1
A2
S2
Solusi
z
0
0
0
7/5-M
-M
-1/5
17/5
X1
X2
1
0
0
1
0
0
2/5
-1/5
0
0
-1/5
3/5
2/5
9/5
S1
0
0
1
1
-1
1
1