Metode di darat
a) Metode Grafik
b) Metode OBE
c) Metode Simpleks
d) Metode Dua Fasa
e) Metode Primal Dual
Moda Darat
Moda transportasi merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan alat
angkut yang digunakan untuk berpindah tempat dari satu tempat ketempat lain.
Moda yang biasanya digunakan dalam transportasi dapat dikelompokkan atas moda
yang ber jalan didarat, berlayar di perairan laut dan pedalaman serta moda yang
terbang di udara. Moda yang didarat juga masih bisa dikelompokkan atas moda
jalan, moda kereta api dan moda pipa.
Moda Laut
Karena sifat fisik air yang menyangkut
daya apung dan gesekan yang terbatas, maka pelayaran merupakan moda angkutan
yang paling efektip untuk angkutan barang jarak jauh barang dalam jumlah yang
besar. Pelayaran dapat berupa pelayaran paniai, pelayaran antar pulau,
pelayaran samudra ataupun pelayaran pedalaman melalui sungai atau pelayaran di
danau. Didalam pelayaran biaya terminal dan perawatan alur merupakan komponen
biaya paling tinggi, sedangkan biaya pelayarannya rendah.
Moda
Udara
Moda transportasi udara mempunyai
karakteristik kecepatan yang tinggi dan dapat melakukan penetrasi sampai
keseluruh wilayah yang tidak bisa dijangkau oleh moda transportasi lain. Di
Papua ada beberapa kota yang berada di pedalaman yang hanya dapat dihubungkan
dengan angkutan udara, sehingga papua merupakan pulau dengan lebih dari 400
buah bandara/landasan pesawat/air strip dengan
panjang landasan antara 800 sampai 900 meter. Perkembangan industri angkutan
udara nasional, Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi geografis wilayah
yang ada sebagai suatu negara kepulauan. Oleh karena itu, Angkutan udara
mempunyai peranan penting dalam memperkokoh kehidupan berpolitik, pengembangan
ekonomi, sosial budaya dan keamanan & pertahanan.
Metode
Transportasi
adalah suatu
metode yang digunakan untuk mengatur distribusi dari sumber – sumber yang
menyediakan produk – produk yang sama di tempat- tempat yang membutuhkan secara
optimal. Alokasi produk ini harus diatur sedemikian rupa karena terdapat
perbedaan biaya transportasi (alokasi) dari suatu sumber ke beberapa tujuan
yang berbeda – beda dan dari beberapa sumber ke suatu tujuan juga berbeda –
beda.
Ada tiga macam
metode dalam metode transportasi:
1. Metode Stepping
Stone
2. Metode
Modi (Modified Distribution)
3. MetodeVAM
(Vogel’s Approximation Method)
Kasus dalam pemilihan rute
Pencarian rute terpendek
merupakan satu masalah yang banyak dibahas dalam transportasi, misalnya seorang
pengguna jalan ingin melakukan perjalanan dari suatu tempat asal ke tempat
tujuan, dimana dalam melakukan perjalanan tersebut pengguna tentu akan
menggunakan rute terpendek dari beberapa rute yang menghubungkan asal dengan
tujuannya. Dapat dilihat bahwa, penentuan rute terpendek memegang peranan
penting karena dapat mengefisiensikan jarak, waktu dan biaya yang dibutuhkan
untuk mencapai suatu daerah tujuan tertentu. Rute yang ditempuh oleh pengguna
jalan dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari umumnya hanyalah rute yang
sering (biasa) dilalui ataupun rute yang dianggab terpendek berdasarkan
persepsi pribadi/orang lain yang pada kenyataannya hal tersebut belum tentu
benar. Sebagai contoh, terkadang rute dengan jarak yang pendek mempunyai
tingkat kemacetan yang lebih tinggi sehingga waktu tempuh lebih lama dibanding
rute yang sedikit lebih panjang tetapi tingkat kemacetannya rendah. Hal ini
disebabkan karena masih tingginya persepsi pengguna jalan bahwa rute yang
pendek merupakan rute dengan waktu terpendek (tercepat). Dari hasil penelitian
diperoleh rute terpendek dengan perhitungan (baik dengan algoritma Dijkstra
maupun Floyd-Warshall) dan hasil wawancara/kuisioner. Dimana terlihat bahwa
hanya terdapat 33% pengguna jalan yang memilih rute tersebut, sama dengan rute
yang diperoleh dari hasil perhitungan, sedangkan pengguna jalan lainnya (67%)
hanya berdasarkan anggapan/persepsi dimana rute yang dipilihnya merupakan rute
terpendek. Persepsi pemilihan rute terpendek yang berbeda-beda dapat dilihat
dari latar belakang/alasan pengguna jalan dalam penentuan rute terpendek. Dari
hasil penelitian diperoleh 40% pengguna jalan memperhitungkan waktu tempuh
dalam melakukan pemilihan rute , 28% karena kebiasaan, 6% menganggap bahwa rute
yang dipilihnya terdapat lebih sedikit angkutan lainnya, 2% lebih sedikit
persimpangan dan 4% dengan alasan-alasan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa
waktu tempuh merupakan alasan/latar belakang utama dalam pengguna jalan dalam
memilih rute.
Sejarah
Teori Antrian
System
antrian atau sering disebut juga waiting line theory diciptakan pada tahun 1909
oleh seorang matematikawan dan insinyur berkebangsaan Denmark yang bernama A.K
Erlang yang mempelajari fluktuasi permintaan fasilitas telepon dan
keterlambatan pelayanannya. Teori ini pertama kali diperkenalkan pada tahun
1913 yang dimulai menggunakan konsep dan struktur system antrian sebelum
mengembangkan model matematisnya. Teori ini dirancang untuk memperkirakan
berapa banyak langganan menunggu dalam suatu garis antrian, kepanjangan garis
tunggu, seberapa sibuk fasilitas pelayan, dan apa yang terjadi bila waktu
pelayanan atau pola kedatangan berubah.
Biasanya antrian terlihat
setiap harinya pada:
1. Deretan
mobil yang mengantri untuk mengambil tiket atau membayar jalan tol.
2. Antrian
pengambilan DNU dan DNS mahasiswa Gunadarma di loket 1 BAAK.
3. Antrian
dalam pembelian tiket di bioskop.
4. Menunggu
pesanan pada suatu restoran.
5. Antrian
pesawat di lapangan udara.
6. Peralatan
yang menunggu diservis.
7. Kedatangan
kapal di suatu pelabuhan.
8. Antrian
pembayaran listrik.
Model
antrian paling tidak memerlukan 3 jenis data, yaitu:
1. Tingkat
kedatangan rata-rata langganan untuk mendapatkan pelayanan.
2. Tingkat
pelayanan rata-rata.
3. Jumlah
fasilitas pelayanan.
Sedangkan
elemen-elemen yang membentuk system antrian adalah:
1. Populasi
masukan (input)
Yaitu jumlah total unit yang
memerlukan pelayanan dari waktu ke waktu atau disebut jumlah total langganan
potensial. Input dapat berupa populasi orang, barang, komponen atau kertas
kerja yang dating pada system untuk dilayani. Asumsi yang digunakan untuk input
dalam antrian adalah terbatas.
2. Arriver
pattern (pola kedatangan) adalah dengan cara bagaimana individu-individu dari
populasi memasuki system. Untuk pola kedatangan menggunakan asumsi distribusi
probabilitas poisson, yaitu salah satu dari pola-pola kedatangan yang paling
umum bila kedatangan didistribusikan secara random. Ini terjadi karena
distribusi poisson menggambarkan jumlah kedatangan per unit waktu bila sejumlah
besar variable-variabel random mempengaruhi tingkat kedatangan. Bila pola
kedatangan individu-individu mengikuti suatu distribusi poisson, maka waktu
antar kedatangan atau inter arriver time (waktu kedatangan setiap individu)
adalah random) dan mengikuti suatu distribusi eksponential.
3. Disiplin
antrian
Disiplin antrian menunjukan
pedoman keputusan yang digunakan untuk menyeleksi individu-individu yang
memasuki antrian untuk dilayani terlebih dahulu.
Macam-macam disiplin antrian:
a.First
come first served (FCFS)
b.Shortest
operation (service) time (SOT)
c.Last
come first served (LCFS)
d.Longest
operating time (LOT)
e.Service
in random order (SIRO)
f.Emergency
first or critical condition first.
4. Kepanjangan
antrian
Kepanjangan antrian ada yang
terbatas dan tidak terbatas.
5. Tingkat
pelayanan
Waktu pelayanan (sevice time)
adalah waktu yang digunakan untuk melayani individu-individu dalam suatu
system. Apabila waktu pelayanan mengikuti distribusi eksponensial atau
distribusi acak, waktu pelayanan (unit/jam) akan mengikuti ditribusi poisson.
6. Keluaran
(exit)
Sesudah individu selesai
dilayani, maka ia akan keluar system.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar