A. Pengertian Tanggung Jawab
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah berkewajiban meanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjaadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Aapabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu. Tanggung jawab merupakan ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula bahwa pihak lain memerlukan pengabdian atau pengorbanannya
B. Macam-macam Tanggung Jawab
Tanggung jawab terhadap diri sendiri
Tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian bisa memecahkan masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya sendiri. Menurut sifat dasarnya, manusia adalah makhluk bermoral, tetapi manusia juga seorang pribadi, karena itu manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri, dan angan-angan sendiri.
2. Tanggung jawab terhadap keluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini tidak hanya menyangkut nama baik keluarga, tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan.
3. Tanggung jawab terhadap masyarakat
Pada hakekatnya, manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain, maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian, manusia di sini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab, agar dapat melangsungkan hidupnya di dalam masyarakat tersebut.
4. Tanggung jawab terhadap Bangsa / Negara
Setiap manusia merupakan warga negara, oleh karena itu dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara. Manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Bila perbuatan manusia itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kepada negara.
5. Tanggung jawab terhadap Tuhan
Penciptaan manusia dilandasi oleh sebuah tujuan luhur. Maka, tentu saja keberadaannya disertai dengan berbagai tanggung jawab. Konsekuensi kepasrahan manusia kepada Allah Swt, dibuktikan dengan menerima seluruh tanggung jawab (akuntabilitas) yang datang dari-Nya serta melangkah sesuai dengan aturan-Nya. Berbagai tanggung jawab ini, membentuk suatu relasi tanggung jawab yang terjadi antara Tuhan, manusia dan alam. Hal tersebut meliputi antara lain: tanggung jawab manusia terhadap Tuhan, tanggung jawab manusia terhadap sesama, tanggung jawab manusia terhadap alam semesta serta tanggung jawab manusia ter hadap dirinya sendiri. Tanggung jawab manusia terhadap Tuhan meliputi dua aspek pokok. Pertama, mengenal Tuhan. Kedua, menyembah dan beribadah kepada-Nya.
C. Pengabdian dan Pengorbanan
a. Pengabdian
Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tanaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih saying, hormat, atau satu ikatan dan semua itu dilakukan dengan ikhlas. Pengabdian itu pada hakekatnya adalah rasa tanggung jawab. Apabila orang bekerja keras sehari penuh untuk mencukupi kebutuhan, hal itu berarti mengabdi kepada keluarga. Lain halnya jika kita membantu teman dalam kesulitan, mungkin sampai berhari-hari itu bukan pengabdian, tetpi hanya bantuan saja.
b. Pengorbanan
Pengorbanan berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan, sehingga pengorbanan berarti pemberian untuk menyatakan kebaktian. Dengan demikian pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung unsur keikhlasan yang tidak mengandung pamrih. Suatu pemberian yang didasarkan atas kesadaran moral yang tulus dan ikhlas semata-mata.
Perbedaan antara pengertian pengabdian dan pengorbanan tidak begitu jelas. Karena adanya pengabdian tentu ada pengorbanan. Antara sesama kawan, sulit dikatakan pengabdian, karena kata pengabdian mengandung arti lebih rendah tingkatannya. Tetapi untuk kata pengorbanan dapat juga diterapkan kepada sesame teman.
Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan dapat berupa harta benda, pikiran, perasaan, bahkan dapat juga berupa jiwanya. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja diperlukan.
Pengabdian lebih banyak menunjuk kepada perbuatan sedangkan, pengorbanan lebih banyak menunjuk kepada pemberian sesuatu misalnya berupa pikiran, tenaga, biaya, waktu. Dalam pengabdian selalu dituntut pengorbanan, tetapi pengorbanan belum tentu menuntut pengabdian.
Sumber: apransiska13.wordpress.com/2015/01/04/ibd-bab-9-manusia-dan-tanggung-jawab/
Jumat, 06 Mei 2016
Minggu, 01 Mei 2016
Manusia dan Pandangan Hidup
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN PANDANGAN HIDUP
Disusun
oleh:
Aulia
Budiman (11315143)
Fakultas
:
Teknik
Sipil dan Perencanaan
Mata
kuliah :
Ilmu
Budaya Dasar
Universitas
Gunadarma
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang paling
tinggi derajatnya. Dikarenakan manusia memiliki akal, pikiran dan rasa. Ketika
kekayaan manusia inilah yang membuat manusia disebut sebagai khalifah di bumi
ini. Tuntukan hidup manusia lebih dari pada tuntutan hidup makhluk lainnya yang
membuat manusia berfikir lebih maju untuk memenuhi kebutuhan atau hajat
hidupnya di dunia, baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Dari proses ini
maka lahirlah apa yang disebut kebudayaan dan pandangan terhadap hidup.Setiap
manusia memiliki pandangan hidup yang berbeda-beda mengelompokkan
pandangan hidup yang berdeda-beda akan menciptakan
paham atau aliran. Pandangan hidup tidak terlepas dari masalah nilai dalam
kehidupan manusia. Jadi pandangan terhadap hidup ini adalah segala sesuatu yang
dihasilkan oleh akal budi manusia. Pandangan hidup dapat menjadi pegangan,
bimbingan dan tuntutan seseorang ataupun masyarakat dalam menempuh kehidupan.
Oleh karena itu, dalam kehidupan dunia dan akhirat pandangan hidup seseoranglah
yang menentukan akhir hidup mereka sendiri. Selain itu pandangan hidup juga
tidak langsung muncul dalam masyarakat, melainkan melalui berbagai proses dalam
menemukan jati diri atau pandangan hidupnya. Mulai dari masa kanak-kanak hingga
dewasa.Dalam penemuan pandangan hidup tersebut, tidak lepas juga dengan
pendidikan. Manusia mengetahui tentang hakikat hidup dan sebagainya adalah
berasal dari pendidikan.Oleh karena itu jika kita membahas tentang pendangan
hidup, tidak boleh lepas dari pendidikan manusia dapat berfikir ledih kedepan
mulai dari kehidupan baik lahir dan batin.
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pandangan Hidup
Menurut Koentjaraningrat (1980) pandangan hidup adalah
nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat yang dipilih secara selektif oleh
para individu dan golongan didalam masyarakat. Pandangan hidup terdiri atas
cita-cita, kebajikan dan sikap hidup. Sedangkan menurut Manuel Kaisiepo 1982,
pandangan hidup merupakan bagian hidup manusia. Tidak ada seorang pun tang
hidup tanpa pandangan hidup meskipun tingkatannya berbeda-beda. Pandangan hidup
mencerminkan citra dari seseorang karena pandangan hidup itu mencerminkan
cita-cita atau aspirasinya.
Apa yang dikatakan oleh seseorang adalah pandangan
hidup karena dipengaruhi oleh pola berfikir tertentu. Tetapi, terkadang sulit
dikatakan sesuatu itu pandangan hidup, sebab dapat pula hanya suatuidealisasi
belaka yang mengikuti kebiasaan berfikir yang sedang berlangsung di dalam
masyarakat. Setiap Bangsa, Negara maupun manusia yang ingin berdiri kokoh dan
mengetahui dengan jelas kearah mana tujuan yang ingin dicapainya
sangatmemerlukan pandangan hidup. Dengan pandangan hidup yang jelas, suatu
Bangsa, Negara maupun manusia akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana ia
memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam gerak masyarakat yang semakin
maju. Berpedoman pada pandangan hidup itu pula seseorang akan mampu membangun
dirinya.
2.2 Cita-Cita
Cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang
selalu ada dalam pikiran. Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan,
dan sikap hidup. Dalam kehidupannya manusia tidak dapat melepaskan diri dari
cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup itu. Tidak ada orang hidup tanpa
cita-cita, tanpa berbuat kebajikan, dan tanpa sikap hidup. Sudah tentu kadar
atau tingkat cita-cita, kebijakan dan sikap hidup itu berbeda-beda bergantung
kepada pendidikan, pergaulan, dan lingkungan masing-masing.Itulah sebabnya,
cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup banyak menimbulkan daya kreativitas
manusia. Banyak hasil seni yang melukiskan cita-cita, kebajikan, dan hidup
seseorang. Cita-cita ini perasaan hati yang merupakan suatu keinginan, kemauan,
niat, atau harapan. Cita-cita itu penting bagi manusia, karena adanya cita-cita
menandakan kedinamikan manusia.Ada tiga katagori keadaan hati seseorang, keras,
lunak, dan lemah. Orang yang berhati keras, tak berhenti berusaha sebelum
cita-citanya tercapai. Ia tak menghiraukan rintangan, tantangan, dan segala
kesulitan yang dihadapinya. Orang yang berhati lunak dalam usaha mencapai cita-citanya
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Orang yang berhati lemah, mudah
terpengaruhi oleh situasi dan kondisi. Cita-cita, keinginan, harapan, banyak
menimbulkan daya kreatifitas para seniman. Banyak hasil seni seperti: drama,
novel, film, musik, tari, filsafat yang lahir dari kandungan cita-cita,
keinginan, harapan dan tujuan.
2.3 Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang
mendatangkan kebaikan pada hakikatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan
yang sesuai dengan norma-norma agama atau etika. Manusia adalah seorang pribadi
yang utuh yang terdiri atas jiwa dan badan. Manusia merupakan makhluk sosial:
manusia hidup bermasyarakat, manusia saling membutuhkan, saling menolong,
saling menghargai sesama anggota masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai,
saling membenci, saling merugikan, dan sebagainya.
Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat
dari tiga segi, yaitu: manusia sebagai pribadi, manusia sebagai anggota
masyarakat, dan manusia sebagai makhluk Tuhan.Manusia sebagai pribadi dapat
menentukan baik dan buruk. Yang menentukan baik dan buruk itu suara hati. Suara
hati itu semacam bisikan dalam hati untuk menimbang perbuatan baik atau tidak.
Jadi suara hati itu merupakan hakim terhadap diri sendiri. Suara hati masyarakat,
yang menentukan baik dan buruk adalah suara hati masyarakat. Suara hati manusia
adalah baik, tetapi belum tentu suara hati masyarakat menganggap baik. Demikian
pula manusia sebagai makhluk Tuhan, manusia pun harus mendengar suara hati
Tuhan. Tuhan selalu membisikkan agar manusia berbuat baik dan mengelak
perbuatan yang tidak baik. Jadi kebajikan itu adalah perbuatan yang selaras
dengan suara hati kita, suara hati masyarakat dan hukum Tuhan. Kebajikan
berarti berkata sopan, santun, barbahasa baik, bertingkah laku baik, ramah
tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang bagi yang
melihatnya. Namun ada pula kebajikan semu, yaitu kejahatan yang berselubung
kebajikan.
2.4 Usaha/Perjuangan
adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita, Setiap
Manusia harus kerja keras untuk kelanjutan hidupnya. sebagian kehidupan manusia
adalah perjuangan. Perjuangan untuk hidup merupakan kodrat manusia. Tanpa
perjuangan manusia tidak dapat hidup sempurna. Kerja keras dapat dilakukan
dengan otak/ilmu maupun tenaga/jasmani atau dengan keduanya. Untuk bekerja
keras manusia dibatasi oleh kemampuan, karena kemampuan itulah tingkat
kemakmuran manusia berbeda-beda.
2.5 Keyakinan/Kepercayaan
Menurut Prof. Dr. Harun Nasution (bahan ceramah
pada perantaran pengajar Ilmu Budaya Dasar di Bukit Tinggi, 1981), menurut
beliau ada tiga aliran filsafat:
a. Aliran
Naturalisme
Hidup manusia dihubungkan dengan kekuatan gaib yang
merupakan kekuatan tertinggi. Kekuatan gaib itu dari natur, dan natur itu dari
Tuhan. Tetapi bagi yang tidak percaya pada Tuhan, natur itulah yang tinggi.
Tuhan menciptakan alam semesta lengkap dengan hukum-hukumnya, secara mutlak di
kuasai Tuhan. Manusia sebagai makhluk tidak mampu menguasai alam ini karena
manusia itu lemah, manusia hanya dapat berusaha dan berencana tapi yang
menentukannya adalah Tuhan.
Bagi yang percaya pada Tuhan, Tuhan itulah kekuasaan
tertinggi. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, karena itu manusia mengabdi
pada ajaran-ajaran Tuhan yaitu agama. Ajaran agama ada dua yaitu:
ü Ajaran agama yang dogmatis yaitu yang di
sampaikan Tuhan melalui Nabi-Nabi, sifatnya tetap dan tidak berubah
ü Ajaran agama dari pemuka-pemuka agama, yaitu
sebagai hasil pemikiran manusia, sifatnya relatif (terbatas) dan berubah sesuai
dengan perkembangan agama.
Apabila aliran naturalisme ini di hubungkan dengan
pandangan hidup maka keyakinan manusia itu bermula dari Tuhan. Jadi, pandangan
hidup yang dilandasi oleh ajaran-ajaran agama, manusia yakin bahwa kebajikan
itu di ridhai oleh Tuhan. Pandangan hidup yang dilandasi bahwa Tuhanlah
kekuasaan tertinggi, yang menentukan segala-galanya disebut pandangan hidup
keagamaan (religius), sebaliknya apabila manusia tidak mengakui adanya Tuhan,
natur adalah kekuatan tertinggi, maka keyakinan itu berasal dari natur dan
pandangan hidup yang dilandasi oleh natur, manusia yakin bahwa kebajikan itu
kebajikan natur dan pandangan hidup ini sifatnya ateistik. Disebut pandangan
hidup komunisme.
b. Aliran
Intelektualisme
Dasar aliran ini adalah akal atau logika. Manusia
mengutamakan akal, dengan akal manusia berfikir. Mana yang benar menurut akal
itulah yang baik, walaupun mungkin bertentangan dengan hati nurani . akal
berasal dari bahasa Arab yang artinya Kalbu yang berpusat dihati, sehingga
timbullah istilah “Hati Nurani” artinya daya rasa.
Apabila aliran ini di hubungkan dengan pandangan
hidup, maka keyahinan manusia itu bermula dari akal. Jadi, pandangan hidup itu
dilandasi oleh keyakinan, kebenaran yang diterima akal. Benar menurut akal
itulah yang baik. Manusia yakin bahwa kebajikan hanya dapat diperoleh dengan
akal.
c. Aliran
Gabungan
Aliran gabungan adalah kekuatan gaib dan juga akal.
Kekuatan gaib artinya kekuatan yang berasal dari Tuhan, percaya adanya Tuhan
sebagai dasar keyakinan. Sedangkan akal adalah dasar kebudayaan, yang
menentukan benar tidaknya sesuatu. Segala sesuatu dinilai dengan akal, baik
sebagai logika berfikir maupun sebagai lohika rasa. Jadi, apa yang benar
menurut logika berfikir, juga dapat diterima oleh hati nurani. Logika berfikir
tidak ditekankan pada logika berfikit individu, melainkan logika berfikir
kolektef (masyarakat) pandangan hidup ini adalah disebut sosialisme akal dalam
arti baik sebagai logika berfikir maupun sebagai daya rasa, logika berfikir
secara individual maupun kolektif. Pandangan hidup ini disebut sosialisme
religius. Dua pandangan hidup ini terdapat perbedaan pokok. Pandangan hidup
sosialisme menekan pada logika berfikir kolektif, sedangkan pandangan hidup
sosialisme religius menekan pada logika berfikir kolektif dan individual.
Pandangan hidup sosialisme mengutamakan logika berfikir dari pada hati nurani,
sedangkan sosialisme religius mengutamakan kedua-duanya, logika berfikir dan
hati nurani.
2.6 Langkah Berpandangan Hidup Yang Baik
Setiap manusia pasti mempunyai pandangan hidup apapun
dan bagaimanapun itu untuk dapat mencapai dan berhasil dalam kehidupan yang
diinginkannya. Tetapi apapun itu, yang terpenting adalah memiliki pandangan
hidup yang baik agar dapat mencapai tujuan dan cita-cita dengan baik pula.
Adapun langkah-langkah berpandangan hidup yang baik yakni:
- Mengenal
Mengenal merupakan suatu kodrat bagi
manusia yaitu merupakan tahap pertama dari setiap aktivitas hidupnya yang dalam
jal ini mengenal apa itu pandangan hidup. Tentunya kita yakin dan sadar bahwa
setiap manusia itu pasti mempunyai pandangan hidup, maka kita dapat memastikan
bahwa pandangan hidup itu ada sejak manusia itu ada, dan bahkan hidup itu ada
sebelum manusia itu belum turun ke dunia
- Mengerti
Tahap kedua untuk berpandangan hidup
yang baik adalah mengerti. Mengerti disini dimaksudkan mengerti terhadap
pandangan hidup itu sendiri. Bila dalam bemegara kita berpandangan pada
Pancasila, maka dalam berpandangan hidup pada Pancasila kita hendaknya mengerti
apa Pancasila dan bagaimana mengatur kehidupan bemegara. Begitu juga bagi yang
berpandangan hidup pada agama Islam. Hendaknya kita mengerti apa itu Al-Qur’an,
Hadist dan ijmak itu dan bagaimana ketiganya itu mengatur kehidupan baik di
dunia maupun di akhirat.
- Menghayati
Langkah selanjutnya setelah mengerti
pandangan hidup adalah menghayati pandangan hidup itu. Dengan menghayati
pandangan hidup kita memperoleh gambaran yang tepat dan benar mengenai
kebenaran pandangan hdiup itu sendiri.Menghayati disini dapat diibaratkan
menghayati nilai-nilai yang terkandung didalamnya, yaitu dengan memperluas dan
mernperdalam pengetahuan mengenai pandangan hidup itu sendiri. Langkah-langkah
yang dapat ditempuh dalam rangka menghayati ini, menganalisa hal-hal yang
berhubungan dengan pandangan hidup, bertanya kepada orang yang dianggap lebih
tahu dan lebih berpengalaman mengenai isi pandangan hidup itu atau mengenai
pandangan hidup itu sendiri. Jadi dengan menghayati pandangan hidup kita akan
memperoleh mengenai kebenaran tentang pandangan hidup itu sendiri.
- Meyakini
Setelah mengetahui kebenaran dan
validitas, baik secara kemanusiaan, maupun ditinjau dari segi kemasyarakatan
maupun negara dan dari kehidupan di akherat, maka hendaknya kita meyakini
pandangan hidup yang telah kita hayati itu. Meyakini ini merupakan suatu hal
untuk cenderung memperoleh suatu kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan
hidupnya.
- Mengabdi
Pengabdian merupakan sesuatu hal
yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan
diterima baik oleh dirinya lebih-lebih oleh orang lain. Dengan mengabdi maka
kita akan merasakan manfaatnya. Sedangkan perwujudan manfaat mengabdi ini dapat
dirasakan oleh pribadi kita sendiri. Dan manfaat itu sendiri bisa terwujud di
masa masih hidup dan atau sesudah meninggal yaitu di alam akhirat.
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pandangan hidup merupakan bagaimana manusia memandang
kehidupannya. Setiap orang memiliki pandangan hidup yang berdeda-beda dan
melahirkan suatu paham. Wujud pandangan hidup manusia berkaitan dengan
cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Cita-cita merupakan pandangan hidup di
masa yang akan datang. kebajikan secara nyata dan dapat dirasakan melalui
tingkah lakunya. Dan, dalam hal ini, tingkah laku manusia sebagai perwujudan
kebajikan inilah yang akan dikemukakan karena wujudnya dapat dilihat dan
dirasakan. Karena tingkah laku bersumber pada pandangan hidup, maka setiap
orang memiliki tingkah laku sendiri-sendiri yang berbeda dari orang lain dan
tergantung dari pembawaan, lingkungan, dan pengalaman. Dalam setiap perbuatan,
manusia harus memahami etika yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga kehidupan
dalam memasyarakat menjadi tenang dan tentram.
3.2 Saran
Melalui kesempatan ini ada beberapa saran yang akan
kami sampaikan, saran tersebut sebagai berikut:
1.Tanamkan pandangan hidup atau prinsip hidup pada
anak sejak dini agar mereka kelak menjadi manusia yang bijak dan berwatak
mulia.
2.Baiknya seorang manusia memegang teguh pandangan
hidup yang dimilikinya agar dalam kehidupannya selalu melakukan kebajikan.
Sumber :
Ilmu budaya dasar / penysun , Djoko Widagdho dkk , - Ed , cet , 8 . – Jakarta :
Bumi Aksara , 2003 IX, 229 hlm ; 21 cm
http://rayrizqie.blogspot.co.id/2015/06/bab-8-manusia-dan-pandangan-hidup.html
Minggu, 24 April 2016
Kami Butuh Keadilan
Kami Butuh Keadilan
Kita lihat kondisi Negara ini
Tak berdaya karena ekonomi
Karena para petinggi negara
Mencari sebuah surga
Dengan
mengambil hak-hak rakyat yang tidak berdaya
Di Negara ini, hukum sudah seperti pisau
Tumpul dibagian atas
Namun tajam dibagian bawah
Pancasila sebagai dasar negara
Dengan bunyi sila ke-lima
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Apakah pancasila ini hanya wacana belaka ?
Kami rakyat
kecil hanya bisa berharap
Dengan
generasi pemimpin selanjutnya
Yang dapat
mengubah rakyat lebih sejahtera
Sabtu, 16 April 2016
Hubungan Manusia dan Keadilan
HUBUNGAN MANUSIA DAN KEADILAN
Disusun
oleh:
Aulia
Budiman (11315143)
Fakultas
:
Teknik
Sipil dan Perencanaan
Mata
kuliah :
Ilmu
Budaya Dasar
Universitas
Gunadarma
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT , atas berkah, rahmat, dan karunia-NYA
akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.Adapun tujuan disusunnya
makalah ini ialah sebagai salah satu agenda kegiatan akademis yang harus
ditempuh oleh setiap mahasiswa/mahasiswi dalam menyelesaikan studi di tingkat
perkuliahan semester I (Pertama), adapun judul dalam makalah ini adalah
mengenai “HUBUNGAN MANUSIA DAN KEADILAN “.
Dalam proses
penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan, dukungan, serta doa
dari berbagai pihak, oleh karena itu izinkanlah didalam kesempatan ini penulis
menghaturkan terima kasih dengan penuh rasa hormat serta dengan segala
ketulusan hati kepada,kedua orang tua yang selalu mendukung dan mendoakan dalam
menempuh pendidikan ini danteman-teman
seperjuangan khususnya fakultas SI-Teknik Sipil yang senantiasa memberi masukan untuk penulis menyelesaikan makalah ini
Sangatlah
disadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan didalam penyusunannya dan
jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan masukan baik saran maupun
kritik yang kiranya dapat membangun dari para pembaca. Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi kita semua.
Depok, 15
april 2016
Penulis
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pada
umumnya, manusia mendambakan akan adanya suatu yang adil dalam kehidupannya.
Baik adil secara individual maupun secara social. Rata-rata manusia mendambakan
suatu keadilan secara berlebihan. Buktinya ketika seseorang telah mendapatkan
bagian dari haknya, mereka masih berusaha untuk yang lebih dari yang mereka
dapatkan. Ini jelas-jelas telah terbukti.
Faktanya
orang yang duduk digedung pemerintahan kebanyakan mereka mengambil bagian orang
lain yang bukan menjadi haknnya (korupsi). Ini jelas-jelas telah mencerminkan
suatu sikap yang tidak adil. Keadilan merupakan sesuatu yang kerap terdengar di
telinga kita. Seorang penguasa negara, pemerintah, dan masyarakat pada umumnya,
semuanya menyerukan dan menginginkan suatu keadilan.
Pada
dasarnya keadilan itu adalah suatu keselarasan dan keharmonisan antara hak dan
kewajiban. Yang mana orang dikatakan berbuat adil ketika ia benar-benar telah
melaksanakan apa yang seharusnya dilakukan sesuai dengan apa yang dibebankan,
dan kemudian baru orang itu bersedia menerima apa yang sudah menjadi haknya.
Oleh karena itu keduanya tidak dapat dipisahkan. Jika orang hanya menuntut
haknya saja, maka dapat dikatakan ia telah memperbudak orang lain. Begitu juga
sebaliknya, jika ia melaksanakan kewajibannya semata, dan tidak mau menerima
haknya, maka ia telah siap diperbudak orang lain.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa itu Keadilan?
2.
Apa makna yang terkandung dalam keadilan?
3.
Apa saja macam-macam keadilan?
4.
Apa itu kejujuran?
5.
Bagaimana hakikat kejujuran?
6.
Apa itu kecurangan?
7.
Mengapa manusia melakukan kecurangan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Keadilan
Keadilan
adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbangantara hak dan kewajiban. Jika kita
mengakui hak hidup kita, maka sebaliknya kita wajib mempertahankan hak hidup
dengan bekerja keras tanpa merugikan orang lain. Hal ini disebabkan karena
orang lain mempunyai hak hidup seperti kita. Jika kita mengakui hak hidup orang
lain, kita wajib memberikan kesempatan pada orang lain itu untuk mempertahankan
hak hidup mereka sendiri. Jadi keadilan pada pokoknya terletak pada
keseimbangan atau keharmonisan antara menuntut hak, dan menjalankan kewajiban.
Jika
kata adil di telaah dalam Al-Qur’an, keadilan berasal dari akar kata ‘adl, itu,
yaitu sesuatu yang benar, sikap tidak memihak, penjagaan hak-hak seseorang dan
cara yang tepat dalam mengambil keputusan(“hendaknya kalian menghukumi atau
mengambil keputusan atas dasar keadilan)
B. Keadilan Sosial
Bung
Hatta dalam uraianya mengenai sila “
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” menulis sebagai berikut: “
keadilan sosial adalah langkah-langkah yang menentukan untuk melaksanakan
Indonesia yang adil dan makmur”. Selanjutnya diuraikan bahwa cita-cita keadilan
sosial dalam bidang ekonmi ialah dapat mencapai kemakmuran yang merata.
langkah-langkah menuju kemakmuran yang merata diuraikan secara terinci.
Berpijak
pada catatan perjalanan sejarah bangsa Indonesia dalam melaksanakan amanah
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia secara eksplisit terlihat bahwa
penegakan keadilan sosial di Indonesia belum memperoleh perhatian yang
sungguh-sungguh. Bahkan cenderung selalu terpinggirkan atau hanya menjadi salah
satu bagian dari program pembangunan . Padahal tegaknya keadilan sosial akan
menjadi pertanda terwujudnya kesejahteraan sosial.
Selanjutnya
untuk mewujudkan keadilan sosial itu diperinci perbuatan dan sikap yang perlu
dipupuk, yakni:
1.
Perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong royong.
2.Sikap
adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta
menghormati hak-hak orang lain.
3.
Sikap suka memberi pertolongan kepada orang yang memerlukan.
4.
Sikap suka bekerja keras
5.
Sikap menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat, untuk mencapai
kemajuan dan kesejahteraan bersama.
C. Kejujuran
Jujur
atau kejujuran berarti apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati
nuraninya. Jujur berarti seseorang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang
dilarang oleh agama dan hukum. Jujur berarti pula menepati janji atau menepati
kesanggupan, baik yang telah terlahir dalam kata-kata maupun yang masih didalam
hati (niat).
Pada
hakikatnya jujur atau kejujuran ditandai oleh kesadaran moral yang tinggi,
kesadaran pengakuan akan adanya hak dan kewajiban, serta adanya rasa takut
terhadap dosa kepada Tuhan. Berbagai hal yang menyebabkan orang berbuat tidak
jujur, mungkin karena tidak rela, pengaruh lingkungan, dan lain-lain.
D. Kecurangan
Kecurangan
atau curang identik dengan ketidakjujuran. Curang atau kecurangan artinya apa
yang dikatakan tidak sesuai dengan hati nuraninya, atau juga dari hati nurani
orang tersebut yang memang ingin berlaku curang, dengan maksud agar mendapat
keuntungan.
E. Pemulihan Nama Baik
Nama
baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak
tercela. Setiap orang menjaga dengan hati-hati agar namanya tetap baik.
Lebih-lebih jika ia menjadi teladan bagi orang atau tetangga di sekitarnya
adalah sesuatu kebanggaan batin yang tidak ternilai harganya.
Pada
hakikatnya, pemulihan nama baik ialah kesadaran manusia akan segala
kesalahannya, bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau
tidak sesuai dengan akhlak. Untuk memulihkan nama baik, manusia harus
bertaubat, atau meminta maaf. Taubat dan minta maaf tidak hanya dibibir saja,
melainkan harus buktikan dengan perbuatannya.
F. Pembalasan
Pembalasan
ialah suatu reaksi atas perbuatan oran lain. reaksi itu dapat berupa perbuatan
yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku
yang seimbang.
Telah
dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa Allah akan mengadakan pembalasan bagi yang
bertaqwa dan bagi yang mengingkari perintahNya akan mendapat balasan yang
seimbang yaitu siksaan neraka.
Pembalasan
disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahabat mendapat balasan
yang bersahabat, sebaliknya pergaulan yang penuh kecurigaan menimbulkan balasan
yang tidak bersahat pula.
G. Manusia dan Keadilan
Keadilan
adalah sesuatu yang selalu menjadi dambaan setiap orang. Keadilan selalu
berhubungan dengan hak dan kewajiban.Ukuran keadilan ditentukan oleh soal hak
dan kewajiban. Hak adalah sesuatu yang menjadi milik atau harus diterima
setelah orang yang bersangkutan melaksanakan kewajiban yang menjadi tugasnya.Kewajiban
atau tugas adalah pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh seseorang sesuai
dengan profesi atau jabatanya.
Berbuat
adil berarti menghargai atau menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.
Berbuat tidak adil berarti menginjak-injak harkat martabat manusia, sebab
dengan berbuat demikian ada manusia yang dirugikan. Berbuat demikian berarti
menganggap manusia lain lebih rendah , padahal hakikatnya manusia itu sama
BAB
III
Penutup
A.
Kesimpulan
Dari
uraian diatas jelas sudah pembahasan mengenai manusia dan keadilan. Dimana
manusia adalah makhluk yang diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan
dalam bentuk yang berpasang pasangan. Dimana manusia ada yang baik juga ada
yang jelek, ada yang pandai juga ada yang bodoh , dll. Ini semua merupakan
suatu konsep keadilan yang hakiki secara kodrat tuhan. Keadilan menurut para
pandangan tokoh yaitu keadilan yang sama rata sama rasa dan terpenuhinya semua
hak-hak manusia.
Hubungannya
dengan manusia adalah hubungan yang sangat erat sekali yang tidak dapat
dipisahkan dengan apa pun. Manusia tanpa keadilan maka kehidupannya tidak akan
tentran. Karena unsur pertama dari kehidupan adalah keadilan. Karena keadilan
memberikan suatu perdamaian dan persatuan dikalangan manusia.
B.
Penutup
Dari
pembahasan makalah tersebut dapat disimpulkan bahwa keadilan merupakan kata
kunci yang menentukan selamat atau tidaknya manusia dimuka bumi ini. Keadilan
sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia, karena tanpa keadilan mustahil
perdamaian akan tercipta. Keadilan erat kaitanya dengan kejujuran, karena
kejujuran melahirkan keadilan. Keadilan dan ketidak adilan tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Widagdho,
Djoko,dkk.2003. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahyu,
Ramdani . 2008. Ilmu Budaya Dasar.
Bandung: Cv. Pustaka Setia
Langganan:
Postingan (Atom)