HUBUNGAN MANUSIA DENGAN PANDANGAN HIDUP
Disusun
oleh:
Aulia
Budiman (11315143)
Fakultas
:
Teknik
Sipil dan Perencanaan
Mata
kuliah :
Ilmu
Budaya Dasar
Universitas
Gunadarma
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang paling
tinggi derajatnya. Dikarenakan manusia memiliki akal, pikiran dan rasa. Ketika
kekayaan manusia inilah yang membuat manusia disebut sebagai khalifah di bumi
ini. Tuntukan hidup manusia lebih dari pada tuntutan hidup makhluk lainnya yang
membuat manusia berfikir lebih maju untuk memenuhi kebutuhan atau hajat
hidupnya di dunia, baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Dari proses ini
maka lahirlah apa yang disebut kebudayaan dan pandangan terhadap hidup.Setiap
manusia memiliki pandangan hidup yang berbeda-beda mengelompokkan
pandangan hidup yang berdeda-beda akan menciptakan
paham atau aliran. Pandangan hidup tidak terlepas dari masalah nilai dalam
kehidupan manusia. Jadi pandangan terhadap hidup ini adalah segala sesuatu yang
dihasilkan oleh akal budi manusia. Pandangan hidup dapat menjadi pegangan,
bimbingan dan tuntutan seseorang ataupun masyarakat dalam menempuh kehidupan.
Oleh karena itu, dalam kehidupan dunia dan akhirat pandangan hidup seseoranglah
yang menentukan akhir hidup mereka sendiri. Selain itu pandangan hidup juga
tidak langsung muncul dalam masyarakat, melainkan melalui berbagai proses dalam
menemukan jati diri atau pandangan hidupnya. Mulai dari masa kanak-kanak hingga
dewasa.Dalam penemuan pandangan hidup tersebut, tidak lepas juga dengan
pendidikan. Manusia mengetahui tentang hakikat hidup dan sebagainya adalah
berasal dari pendidikan.Oleh karena itu jika kita membahas tentang pendangan
hidup, tidak boleh lepas dari pendidikan manusia dapat berfikir ledih kedepan
mulai dari kehidupan baik lahir dan batin.
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pandangan Hidup
Menurut Koentjaraningrat (1980) pandangan hidup adalah
nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat yang dipilih secara selektif oleh
para individu dan golongan didalam masyarakat. Pandangan hidup terdiri atas
cita-cita, kebajikan dan sikap hidup. Sedangkan menurut Manuel Kaisiepo 1982,
pandangan hidup merupakan bagian hidup manusia. Tidak ada seorang pun tang
hidup tanpa pandangan hidup meskipun tingkatannya berbeda-beda. Pandangan hidup
mencerminkan citra dari seseorang karena pandangan hidup itu mencerminkan
cita-cita atau aspirasinya.
Apa yang dikatakan oleh seseorang adalah pandangan
hidup karena dipengaruhi oleh pola berfikir tertentu. Tetapi, terkadang sulit
dikatakan sesuatu itu pandangan hidup, sebab dapat pula hanya suatuidealisasi
belaka yang mengikuti kebiasaan berfikir yang sedang berlangsung di dalam
masyarakat. Setiap Bangsa, Negara maupun manusia yang ingin berdiri kokoh dan
mengetahui dengan jelas kearah mana tujuan yang ingin dicapainya
sangatmemerlukan pandangan hidup. Dengan pandangan hidup yang jelas, suatu
Bangsa, Negara maupun manusia akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana ia
memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam gerak masyarakat yang semakin
maju. Berpedoman pada pandangan hidup itu pula seseorang akan mampu membangun
dirinya.
2.2 Cita-Cita
Cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang
selalu ada dalam pikiran. Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan,
dan sikap hidup. Dalam kehidupannya manusia tidak dapat melepaskan diri dari
cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup itu. Tidak ada orang hidup tanpa
cita-cita, tanpa berbuat kebajikan, dan tanpa sikap hidup. Sudah tentu kadar
atau tingkat cita-cita, kebijakan dan sikap hidup itu berbeda-beda bergantung
kepada pendidikan, pergaulan, dan lingkungan masing-masing.Itulah sebabnya,
cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup banyak menimbulkan daya kreativitas
manusia. Banyak hasil seni yang melukiskan cita-cita, kebajikan, dan hidup
seseorang. Cita-cita ini perasaan hati yang merupakan suatu keinginan, kemauan,
niat, atau harapan. Cita-cita itu penting bagi manusia, karena adanya cita-cita
menandakan kedinamikan manusia.Ada tiga katagori keadaan hati seseorang, keras,
lunak, dan lemah. Orang yang berhati keras, tak berhenti berusaha sebelum
cita-citanya tercapai. Ia tak menghiraukan rintangan, tantangan, dan segala
kesulitan yang dihadapinya. Orang yang berhati lunak dalam usaha mencapai cita-citanya
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Orang yang berhati lemah, mudah
terpengaruhi oleh situasi dan kondisi. Cita-cita, keinginan, harapan, banyak
menimbulkan daya kreatifitas para seniman. Banyak hasil seni seperti: drama,
novel, film, musik, tari, filsafat yang lahir dari kandungan cita-cita,
keinginan, harapan dan tujuan.
2.3 Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang
mendatangkan kebaikan pada hakikatnya sama dengan perbuatan moral, perbuatan
yang sesuai dengan norma-norma agama atau etika. Manusia adalah seorang pribadi
yang utuh yang terdiri atas jiwa dan badan. Manusia merupakan makhluk sosial:
manusia hidup bermasyarakat, manusia saling membutuhkan, saling menolong,
saling menghargai sesama anggota masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai,
saling membenci, saling merugikan, dan sebagainya.
Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat
dari tiga segi, yaitu: manusia sebagai pribadi, manusia sebagai anggota
masyarakat, dan manusia sebagai makhluk Tuhan.Manusia sebagai pribadi dapat
menentukan baik dan buruk. Yang menentukan baik dan buruk itu suara hati. Suara
hati itu semacam bisikan dalam hati untuk menimbang perbuatan baik atau tidak.
Jadi suara hati itu merupakan hakim terhadap diri sendiri. Suara hati masyarakat,
yang menentukan baik dan buruk adalah suara hati masyarakat. Suara hati manusia
adalah baik, tetapi belum tentu suara hati masyarakat menganggap baik. Demikian
pula manusia sebagai makhluk Tuhan, manusia pun harus mendengar suara hati
Tuhan. Tuhan selalu membisikkan agar manusia berbuat baik dan mengelak
perbuatan yang tidak baik. Jadi kebajikan itu adalah perbuatan yang selaras
dengan suara hati kita, suara hati masyarakat dan hukum Tuhan. Kebajikan
berarti berkata sopan, santun, barbahasa baik, bertingkah laku baik, ramah
tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang bagi yang
melihatnya. Namun ada pula kebajikan semu, yaitu kejahatan yang berselubung
kebajikan.
2.4 Usaha/Perjuangan
adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita, Setiap
Manusia harus kerja keras untuk kelanjutan hidupnya. sebagian kehidupan manusia
adalah perjuangan. Perjuangan untuk hidup merupakan kodrat manusia. Tanpa
perjuangan manusia tidak dapat hidup sempurna. Kerja keras dapat dilakukan
dengan otak/ilmu maupun tenaga/jasmani atau dengan keduanya. Untuk bekerja
keras manusia dibatasi oleh kemampuan, karena kemampuan itulah tingkat
kemakmuran manusia berbeda-beda.
2.5 Keyakinan/Kepercayaan
Menurut Prof. Dr. Harun Nasution (bahan ceramah
pada perantaran pengajar Ilmu Budaya Dasar di Bukit Tinggi, 1981), menurut
beliau ada tiga aliran filsafat:
a. Aliran
Naturalisme
Hidup manusia dihubungkan dengan kekuatan gaib yang
merupakan kekuatan tertinggi. Kekuatan gaib itu dari natur, dan natur itu dari
Tuhan. Tetapi bagi yang tidak percaya pada Tuhan, natur itulah yang tinggi.
Tuhan menciptakan alam semesta lengkap dengan hukum-hukumnya, secara mutlak di
kuasai Tuhan. Manusia sebagai makhluk tidak mampu menguasai alam ini karena
manusia itu lemah, manusia hanya dapat berusaha dan berencana tapi yang
menentukannya adalah Tuhan.
Bagi yang percaya pada Tuhan, Tuhan itulah kekuasaan
tertinggi. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, karena itu manusia mengabdi
pada ajaran-ajaran Tuhan yaitu agama. Ajaran agama ada dua yaitu:
ü Ajaran agama yang dogmatis yaitu yang di
sampaikan Tuhan melalui Nabi-Nabi, sifatnya tetap dan tidak berubah
ü Ajaran agama dari pemuka-pemuka agama, yaitu
sebagai hasil pemikiran manusia, sifatnya relatif (terbatas) dan berubah sesuai
dengan perkembangan agama.
Apabila aliran naturalisme ini di hubungkan dengan
pandangan hidup maka keyakinan manusia itu bermula dari Tuhan. Jadi, pandangan
hidup yang dilandasi oleh ajaran-ajaran agama, manusia yakin bahwa kebajikan
itu di ridhai oleh Tuhan. Pandangan hidup yang dilandasi bahwa Tuhanlah
kekuasaan tertinggi, yang menentukan segala-galanya disebut pandangan hidup
keagamaan (religius), sebaliknya apabila manusia tidak mengakui adanya Tuhan,
natur adalah kekuatan tertinggi, maka keyakinan itu berasal dari natur dan
pandangan hidup yang dilandasi oleh natur, manusia yakin bahwa kebajikan itu
kebajikan natur dan pandangan hidup ini sifatnya ateistik. Disebut pandangan
hidup komunisme.
b. Aliran
Intelektualisme
Dasar aliran ini adalah akal atau logika. Manusia
mengutamakan akal, dengan akal manusia berfikir. Mana yang benar menurut akal
itulah yang baik, walaupun mungkin bertentangan dengan hati nurani . akal
berasal dari bahasa Arab yang artinya Kalbu yang berpusat dihati, sehingga
timbullah istilah “Hati Nurani” artinya daya rasa.
Apabila aliran ini di hubungkan dengan pandangan
hidup, maka keyahinan manusia itu bermula dari akal. Jadi, pandangan hidup itu
dilandasi oleh keyakinan, kebenaran yang diterima akal. Benar menurut akal
itulah yang baik. Manusia yakin bahwa kebajikan hanya dapat diperoleh dengan
akal.
c. Aliran
Gabungan
Aliran gabungan adalah kekuatan gaib dan juga akal.
Kekuatan gaib artinya kekuatan yang berasal dari Tuhan, percaya adanya Tuhan
sebagai dasar keyakinan. Sedangkan akal adalah dasar kebudayaan, yang
menentukan benar tidaknya sesuatu. Segala sesuatu dinilai dengan akal, baik
sebagai logika berfikir maupun sebagai lohika rasa. Jadi, apa yang benar
menurut logika berfikir, juga dapat diterima oleh hati nurani. Logika berfikir
tidak ditekankan pada logika berfikit individu, melainkan logika berfikir
kolektef (masyarakat) pandangan hidup ini adalah disebut sosialisme akal dalam
arti baik sebagai logika berfikir maupun sebagai daya rasa, logika berfikir
secara individual maupun kolektif. Pandangan hidup ini disebut sosialisme
religius. Dua pandangan hidup ini terdapat perbedaan pokok. Pandangan hidup
sosialisme menekan pada logika berfikir kolektif, sedangkan pandangan hidup
sosialisme religius menekan pada logika berfikir kolektif dan individual.
Pandangan hidup sosialisme mengutamakan logika berfikir dari pada hati nurani,
sedangkan sosialisme religius mengutamakan kedua-duanya, logika berfikir dan
hati nurani.
2.6 Langkah Berpandangan Hidup Yang Baik
Setiap manusia pasti mempunyai pandangan hidup apapun
dan bagaimanapun itu untuk dapat mencapai dan berhasil dalam kehidupan yang
diinginkannya. Tetapi apapun itu, yang terpenting adalah memiliki pandangan
hidup yang baik agar dapat mencapai tujuan dan cita-cita dengan baik pula.
Adapun langkah-langkah berpandangan hidup yang baik yakni:
- Mengenal
Mengenal merupakan suatu kodrat bagi
manusia yaitu merupakan tahap pertama dari setiap aktivitas hidupnya yang dalam
jal ini mengenal apa itu pandangan hidup. Tentunya kita yakin dan sadar bahwa
setiap manusia itu pasti mempunyai pandangan hidup, maka kita dapat memastikan
bahwa pandangan hidup itu ada sejak manusia itu ada, dan bahkan hidup itu ada
sebelum manusia itu belum turun ke dunia
- Mengerti
Tahap kedua untuk berpandangan hidup
yang baik adalah mengerti. Mengerti disini dimaksudkan mengerti terhadap
pandangan hidup itu sendiri. Bila dalam bemegara kita berpandangan pada
Pancasila, maka dalam berpandangan hidup pada Pancasila kita hendaknya mengerti
apa Pancasila dan bagaimana mengatur kehidupan bemegara. Begitu juga bagi yang
berpandangan hidup pada agama Islam. Hendaknya kita mengerti apa itu Al-Qur’an,
Hadist dan ijmak itu dan bagaimana ketiganya itu mengatur kehidupan baik di
dunia maupun di akhirat.
- Menghayati
Langkah selanjutnya setelah mengerti
pandangan hidup adalah menghayati pandangan hidup itu. Dengan menghayati
pandangan hidup kita memperoleh gambaran yang tepat dan benar mengenai
kebenaran pandangan hdiup itu sendiri.Menghayati disini dapat diibaratkan
menghayati nilai-nilai yang terkandung didalamnya, yaitu dengan memperluas dan
mernperdalam pengetahuan mengenai pandangan hidup itu sendiri. Langkah-langkah
yang dapat ditempuh dalam rangka menghayati ini, menganalisa hal-hal yang
berhubungan dengan pandangan hidup, bertanya kepada orang yang dianggap lebih
tahu dan lebih berpengalaman mengenai isi pandangan hidup itu atau mengenai
pandangan hidup itu sendiri. Jadi dengan menghayati pandangan hidup kita akan
memperoleh mengenai kebenaran tentang pandangan hidup itu sendiri.
- Meyakini
Setelah mengetahui kebenaran dan
validitas, baik secara kemanusiaan, maupun ditinjau dari segi kemasyarakatan
maupun negara dan dari kehidupan di akherat, maka hendaknya kita meyakini
pandangan hidup yang telah kita hayati itu. Meyakini ini merupakan suatu hal
untuk cenderung memperoleh suatu kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan
hidupnya.
- Mengabdi
Pengabdian merupakan sesuatu hal
yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan
diterima baik oleh dirinya lebih-lebih oleh orang lain. Dengan mengabdi maka
kita akan merasakan manfaatnya. Sedangkan perwujudan manfaat mengabdi ini dapat
dirasakan oleh pribadi kita sendiri. Dan manfaat itu sendiri bisa terwujud di
masa masih hidup dan atau sesudah meninggal yaitu di alam akhirat.
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pandangan hidup merupakan bagaimana manusia memandang
kehidupannya. Setiap orang memiliki pandangan hidup yang berdeda-beda dan
melahirkan suatu paham. Wujud pandangan hidup manusia berkaitan dengan
cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Cita-cita merupakan pandangan hidup di
masa yang akan datang. kebajikan secara nyata dan dapat dirasakan melalui
tingkah lakunya. Dan, dalam hal ini, tingkah laku manusia sebagai perwujudan
kebajikan inilah yang akan dikemukakan karena wujudnya dapat dilihat dan
dirasakan. Karena tingkah laku bersumber pada pandangan hidup, maka setiap
orang memiliki tingkah laku sendiri-sendiri yang berbeda dari orang lain dan
tergantung dari pembawaan, lingkungan, dan pengalaman. Dalam setiap perbuatan,
manusia harus memahami etika yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga kehidupan
dalam memasyarakat menjadi tenang dan tentram.
3.2 Saran
Melalui kesempatan ini ada beberapa saran yang akan
kami sampaikan, saran tersebut sebagai berikut:
1.Tanamkan pandangan hidup atau prinsip hidup pada
anak sejak dini agar mereka kelak menjadi manusia yang bijak dan berwatak
mulia.
2.Baiknya seorang manusia memegang teguh pandangan
hidup yang dimilikinya agar dalam kehidupannya selalu melakukan kebajikan.
Sumber :
Ilmu budaya dasar / penysun , Djoko Widagdho dkk , - Ed , cet , 8 . – Jakarta :
Bumi Aksara , 2003 IX, 229 hlm ; 21 cm
http://rayrizqie.blogspot.co.id/2015/06/bab-8-manusia-dan-pandangan-hidup.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar