Minggu, 22 Mei 2016

Hubungan Harapan dan Keberhasilan



HUBUNGAN HARAPAN DAN KEBERHASILAN
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/1/19/Logo_Gunadarma.jpg

Disusun oleh:
Aulia Budiman (11315143)
Fakultas :
Teknik Sipil dan Perencanaan
Mata kuliah :
Ilmu Budaya Dasar
Universitas Gunadarma
2015









BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Harapan berasal dari kata harap yaitu keinginan supaya sesuatu terjadi atau sesuatu terjadi atau suatu yang belum terwujud. Kata orang manusia tanpa harapan adalah manusia yang mati sebelum waktu-nya. Bisa jadi, karena harapan adalah sesuatu yang hendak kita raih dan terpampang dimuka. Hampir sama dengan visi walau dalam spektrum sederhana, harapan merupakan ciptaan yang kita buat sebagai sesuatu yang hendak kita raih. Jadi hidup tanpa harapan adalah hidup tanpa visi dan tujuan. Maka bila manusia yang hidup tanpa harapan pada hakekatnya dia sudah mati. Harapan bukanlah sesuatu yang terucap dimulut saja tetapi juga berangkat dari usaha. Dia adalah ke-cenderungan batin untuk membuat sebuah rencana aksi, peristiwa, atau sesuatu menjadi lebih bagus. Sederhananya, harapan membuat kita berpikir untuk melakukan sesuatu yang lebih baik untuk meraih sesuatu yang lebih baik.
Harapan dan rasa optimis juga memberikan kita kekuatan untuk melawan setiap hambatan. Seolah kita selalu mendapatkan jalam keluar untuk setiap masalah. Seolah kita punya kekuatan yang lebih untuk siap menghadapi resiko. Ini kita sebut sebagai perlawanan. Orang yang hidup tanpa optimisme dan cenderung pasrah pada realita maka dia cenderung untuk bersikap pasif, Oleh karena itu dalam makalah ini kita dapat mengetahui lebih dalam tentang manusia dan harapan.
B.    Tujuan Penulisan
Penulisan makalah  ini mempunyai tujuan antara lain :
1.    Mengetahui dan memahami makna harapan
2.    Mengetahui dan memahami makna manusia dan harapan
3.     Memahami harapan terakhir




C.    Rumusan Masalah
Ada  beberapa rumusan masalah yang diangkat antara lain :
1.      Apa Pengertian dan makna harapan
2.      Manusia dan Harapan
3.      Apa Harapan terakhir terakhir Manusia





BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian dan Makna Harapan
Harapan berasal dari kata harap yaitu keinginan supaya sesuatu terjadi atau  suatu yang belum terwujud. Harapan dapat diartikan sebagai menginginkan sesuatu yang dipercayai dan dianggap benar dan jujur oleh setiap manusia dan harapan agar dapat dicapai, memerlukan kepercayaan kepada diri sendiri, kepercayaan kepada orang lain dan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Harapan juga berarti angan – angan. Angan – angan yang tinggi tidaklah berguna apabila tidak dibarengi dengan suatu usaha yang mantap. Kita smua mempunyai angan – angan untuk hidup bahagia namun bila angan- angan yang baik itu tidak terwujudkan tentu kita akan lebih masuk kejurang kekecewaan.
Menurut kodratnya dalam diri manusia terdapat 2 dorongan, yaitu dorongan kodrat serta dorongan kebutuhan hidup. Terkait dengan kebutuhan manusia tersebut, Abraham Maslow mengkategorikan kebutuhan manusia menjadi lima macam atau disebut juga lima harapan manusia, yaitu :
1.      Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup
2.      Harapan untuk memperoleh keamanan
3.      Hak untuk mencintai dan dicintai
4.      Harapan diterima lingkungan
5.      Harapan memperoleh perwujudan cita-cita
Dalam mencukupi kebutuhan kodrat mau pun kebutuhan, manusia membutuhkan orang lain.
Bekerja dan bertindak dan disertai dengan harapan di dalam hati adalah hal yang membawa hasil.  Kombinasi yang sempurna.  Harapan tidak akan mengecewakan selama hal itu disertai dengan tindakan dan komitmen. Harapan tidak bisa mengganti tindakan.  Kerjakan apa yang harus dikerjakan , ada atau tidak ada harapan.  Harapkan yang terbaik dan kerjakan apa saja yang memungkinkan harapan itu terwujud.

B.    APA SEBAB MANUSIA MEMPUNYAI HARAPAN ?
Menurut kodratnya manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langusung disambut dalam suatu pergaulan hidup, yakni di tengah suatu keluarga atau anggota masyarakat lainnya. Tidak ada satu manusiapun yang luput dari pergaulan hidup. Ditengah – tengah manusia lain itulah, seseorang dapat hidup dan berkembang balk fisik/jasmani maupun mental/ spiritualnya. Ada dua hal yabg mendorong orang hidup bergaul dengan manusia lain, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
        Dorongan kodrat
Kodrat ialah sifat, keadaan, atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam din manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Misalnya menangis, bergembira, berpikir, berjalan, bcrkata, mempunyai keturunan dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua.
Dorongan kodrat menyebabkan manusia mempunyai keinginan atau harapan, misalnya menangis, tertawa, bergembira, dan sebagainya. Seperti halnya orang yang menonton Pertunjukan lawak, mereka ingin tertawa, pelawak juga mengharapkan agar penonton tertawa terbahak-bahak. Apabila penonton tidak tertawa, harapan kedua belah pihak gagal, justru
Kodrat juga terdapat pada binatang dan tumbuh-tumbuhan, karena binatang dan tumbuhan perlu makan, berkembang biak dan mati. Yang mirip dengan kodrat manusia ialah kodrat binatang, walau bagaimanapun juga besar sekali perbedaannya. Perbedaan antara kedua mahluk itu, ialah bahwa manusia memiliki budi dan kehendak. Budi ialah akal, kemampuan untuk memilih. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan, sebab bila orang akan memilih, ia harus mengetahui lebih dahulu barang yang dipilihnya. Dengan budinya manusia dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah, dan dengan kehendaknya manusia dapat memilih.
Dalam diri manusia masing-masing sudah terjelma sifat, kodrat pembawaan clan kemampuan untuk hidup bergaul, hidup bermasyarakat atau hidup bersama dengan manusia lain. Dengan kodrat ini, maka manusia mempunyai harapan.
        Dorongan kebutuhan hidup
Sudah kodrat pula bahwa manusia mempunyai bemacam-macamt kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besamya dapat dibedakan atas : kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani Kebutuhan jasmaniah misalnya ; makan, minum, pakaian, rumah. (sandang, pangan, dan papan), ketenangan, hiburan, dan keberhasilan. Untuk memenuhi semua kebutuhan itu manusia bekerja sama dengan manusia lain. Hal ini disebabkan, kemampuan manusia sangat terbatas, baik kemampuan fisilc/jasmaniah maupun kemampuan berpikirnya.
Dengan adanya dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup itu maka manusia mempunyai harapan. Pada hakekatnya harapan itu adalah keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
C.    Manusia dan Harapan
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan-pesan kepada ahli warisnya. Harapan bergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing. Berhasil atau tidaknya suatu harapan tergantung pada usaha orang yang mempunyai harapan. Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan yang maha esa. Agar harapan terwujud, maka perlu usaha dengan sungguh-sungguh. Bila dibandingkan dengan cita-cita, maka harapan mengandung pengertian tidak terlalu muluk, sedangkan cita-cita pada umumnya perlu setinggi bintar. Antara harapan dan cita-cita terdapat persamaan yaitu : keduanya menyangkut masa depan karena belum terwujud, pada umumnya dengan cita-cita maupun harapan orang menginginkan hal yang lebih baik atau meningkat.
Harapan itu bersifat manusiawi dan dimiliki semua orang. Dalam hubungannya dengan pendidikan moral, untuk mewujudkan harapan perlu di wujudkan hal – hal sebagai berikut:
1)     Harapan apa yang baik
2)     Bagaimana mencapai harapan itu
3)      Bagaimana bila harapan itu tidak tercapai
Jika manusia mengingat bahwa kehidupan tidak hanya di dunia saja namun di akhirat juga, maka sudah selayaknya “harapan” manusia untuk hidup di kedua tempat tersebut bahagia. Dengan begitu manusia dapat menyelaraskan kehidupan antara dunia dan akhirat dan selalu berharap bahwa hari esok lebih baik dari pada hari ini, namun kita harus sadar bahwa harapan tidak selamanya menjadi kenyataan.
Kita harus hidup dengan harapan, tetapi kita tidak bisa hidup menggantung semata pada harapan.  Adalah baik untuk berharap yang terbaik.  Tetapi hal itu tidak cukup.  Kita tidak bisa hanya berharap, tetapi kita harus bertindak.
D.    Harapan Terakhir
Menurut Aristoteles, kehidupan ini berasal dari generatio spontanea, artinya kehidupan itu terjadi dengan sendirinya. Aristoteles pada zamannya belum sampai pada pemikiran bahwa segala sesuatu yang ada di bumi dan jagad raya ini berasal dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
 Manusia memiliki kebutuhan jasmani, diperoleh dengan mencukupi kebutuhan hidup yang bersifat kebendaan, sedangkan kebutuhan rohaninya dicukupi dengan hal-hal yang sifatnya rohani, khususnya keagamaan. Semakin tinggi kesadaran kehidupan beragama seseorang, maka semakin yakinlah mereka, bahwa semua manusia akhirnya akan meninggal dan kembali kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Dunia yang serba gemerlap akan ditinggalkan dan akan hidup di dalam akhirat yang abadi.
 Dengan pengetahuan dan pengertian agama tentang kehidupan abadi setelah orang meninggal, manusia menjalankan ibadahnya. Ia menjalankan perintah Tuhan melalui agama, dan menjauhi larangan-Nya. Manusia menjalankan hal itu karena sadar sebagai makhluk kecil yang tidak akan berdaya terhadap kekuasaan Tuhan. Kehidupan dunia yang sifatnya sementara dikalahkan demi kehidupan abadi di akhirat karena tahu bagaimana beratnya siksaan di neraka dan bagaimana bahagianya di surga. Kebaikan di surga yang abadi inilah yang merupakan harapan terakhir manusia.
Mulai hari baru anda dengan harapan, dan sambung dengan kerja dan karya.  Biarkan harapan menginspirasikan anda, ketimbang membuai anda. 
E.     Contoh – contoh Harapan
1. seorang siswa yang ingin mengikuti ujian nasional berharap akan mendapatkan nilai Ujian dengan nilai yang baik
2.  seorang bisnisman yang berharap memenangkan tander bagi perusahaannya
3.   seorang ibu yang berharap anaknya menjadi anak yang sukses dan berguna bagi lingkungan dan bangsanya
4.       seorang mahasiswa yang berharap mendapatkan nilai IPK yang tinggi




BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam hubungannya dengan manusia,  harapan sangat erat keterkaitannya yakni keinginan supaya sesuatu terjadi atau sesuatu terjadi atau suatu yang belum terwujud, sesuatu yang hendak kita raih terpampang dimuka dan selalu diiringi dengan usaha serta berdoa kepada Sang Pencipta agar diberikan kemudahan dalam mewujudkan harapan.
Harapan merupakan ciptaan yang kita buat sebagai sesuatu yang hendak kita raih. Jadi hidup tanpa harapan adalah hidup tanpa visi dan tujuan. Bekerja dan bertindak dan disertai dengan harapan di dalam hati adalah hal yang membawa hasil.  Kombinasi yang sempurna. Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup, dan kemampuan masing-masing. untuk mewujudkan harapan perlu di wujudkan hal – hal sebagai berikut:
4)     Harapan apa yang baik
5)     Bagaimana mencapai harapan itu
6)      Bagaimana bila harapan itu tidak tercapai
B.    Saran
Manusia akan semakin terjebak dengan rutinitas kehidupan jika tidak segera menyadari itu semua. Yang penting kita semua bisa belajar untuk hidup dan hidupp untuk belajar.
Mulai hari baru anda dengan harapan, dan sambung dengan kerja dan karya.  Biarkan harapan menginspirasikan anda, ketimbang membuai anda. 






DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, Erick. 2010. Cara Berpikir Positif. ST book. Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar